Jumat, 05 September 2014

Antara Taksi dan Taksi Argo di Balikpapan dan Samarinda


Sopir Angkor (Gambar di uplad dari @citrasmara29

Usai Lebaran, Tuhan sudah atur untuk kerja di Balikpapan saja. Selama ini penulis kerja di Samarinda sebagai Kepala Pool perusahaan Transportis Solar. Sudah 1 tahun bekerja di Samarinda, jadi selama ini karena dapat inventaris mobil dinas, kapan aja bisa pulang. Tapi biasanya Sabtu ato Minggu baru bisa pulang. Karena pada hari-hari itu biasanya pengiriman solar tidak begitu banyak.
Ditempat baru ini, penulis memiliki sebuah obsesi dan target yang HARUS tercapai, yaitu mendirikan sebuah perusahaan taksi argometer. Sengaja disebut taksi argometer, karena kalo di Balikpapan dan Samarinda orang bilang taksi maksudnya adalah angkot (lihat aja mahkotanya bertuliskan taksi). Nah kalo taksi yang biasa kita sebut, mereka menamakannya taksi argo.Walaupun argo tidak dipakai, cuma pake argo mulut katanya, alias tawar-tawaran. Kalo menurut perhitungan sopir harga yang sudah disepakati tidak sesuai dengan keinginannya (walaupun sang sopir mau mengantar) biasanya berdampak kepada fasilitasnya, misalnya tidak pakai AC dengan alasan AC nya rusak (padahal pikir sang sopir tarif murah mau minta fasilitas). Akhrinya setiap kendaraan dan perusahaan taksi di Balikpapan dan Samarinda tidak memiliki istilahnya di transportasi adalah SPM (Standart Pelayanan Minimum). Akhirnya ya itu tadi, meski satu perusahaan, tetap ada standart yang diterapkan oleh perusahaan, tapi pada akhirnya operator (perusahaan taksi) mengalah karena kemauan sang pemilik mobil. Misalnya mobil divariasi dengan kaca film 80%, ban dan velg radian, knalpot racing bahkan pengemudipun kadang-kadang cukup pakai kaos saja.

 
Di Samarinda sempat ada dua perusahaan taksi dengan konsep seperti Burung Biru dengan pelayanan yang diupayakan sama dengan si Burung Biru, karena pengelolanya adalah eks perusahaan tersebut, tapi ya itu gak lama, akhirnya mereka baik si sopir maupun pengelola harus memikirkan setoran dan angsuran bank. Akhirnya ya kembali lagi menjadi argo mulut, yang penting setoranmu masuk, kata pengelolanya. hehe.......
Keunikan lainnya untuk angkot dan taksi argo di Balikpapan dan Samarinda adalah kendaraan milik perorangan walaupun trayek atas nama perusahaan. Mobil diangsur secara pribadi langsung, jadi peusahaan tidak tahu menahu soal perkreditan apabila angsuran macet. Perusahaan hanya memperoleh fee bulanan (untuk taksi argo) yang besarannya telah ditentukan misalnya Rp 500.000/bulan. Sedangkan untuk angkot, kontribusi ke perusahaan pemilik hanya pada saat pengurusan KIR/Uji Kendaraan per 6 bulan karena harus mendapatkan surat pengantar dari perusahaan untuk pengurusannya. 

Sopir Gaul kata dinoy's travel blog
Kondisi yang sering terjadi apabila sang pemilik tidak mampu untuk mengangsur mobilnya, otomatis mobil akan disita oleh pihak bank sekaligus bersamaan dengan surat-suratnya, salah satunya yang dibawa oleh pemilik kendaraan adalah KP (Kartu Pengawasan). Padahal sesuai peraturan selama 3 bulan ijin KP tidak diperpanjang apabila sudah berakhir periodenya, maka secara otomatis istilah di DISHUB, KP akan dicabut dan dianggap mati. Akhirnya secara pelan tapi pasti perusahaan taksi tsb lambat laun akan berkurang trayeknya. Beberapa perusahaan taksi sendiri pun tidak tahu KP atas perusahaan tersebut sudah berpindahtangan karena kondisi mobil mungkin dijual atau hal lain sehingga kepemilikan trayek atau kendaraan berpindah tangan.

Buru-buru...kejar setoran Aerocab
Per Agustus 2013 muncul Perwali Walikota Balikpapan nomor 21 tahun 2013 tentang pedoman penggantian, penambahan dan penghapusan kendaraan angkutan penumpang umum dalam kota. Dalam Perwali tersebut, diperkenankan peremajaan taksi angkot menjadi taksi argometer dengan menggunakan trayek angkot. Selama 1 tahun untuk point tersebut tidak ada yang jalan (tidak ada peremajaan taksi angkot menjadi taksi argo). hanya perkembangan terakhir ada beberapa perusahaan angkot yang sudah siap untuk peremajaan menjadi taksi argometer. Tahun depan mungkin kita warga Balikpapan akan banyak melihat taksi argometer beranekaragam di Balikpapan (tunggu saja). Tapi yang tidak berubah adalah konsep kepemilikan dan pengelolaannya seperti penjabaran di atas tadi. Dan pada akhirnya akan banyak taksi argometer yang ada di Balikpapan, namun tidak ada perubahan mengenai pelayanan. Kita lihat saja...............

Tulisan ini hanya sekedar pemikiran obralan saja tentang transportasi angkutan umum. khususnya di Balikpapan dan Samarinda. Banyak kekurangannya. Silahkan ada renungkan saja.

Salam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar