|
Sopir Angkor (Gambar di uplad dari @citrasmara29 |
Usai Lebaran, Tuhan sudah atur untuk
kerja di Balikpapan saja. Selama ini penulis kerja di Samarinda sebagai Kepala
Pool perusahaan Transportis Solar. Sudah 1 tahun bekerja di Samarinda, jadi
selama ini karena dapat inventaris mobil dinas, kapan aja bisa pulang. Tapi
biasanya Sabtu ato Minggu baru bisa pulang. Karena pada hari-hari itu biasanya
pengiriman solar tidak begitu banyak.
Ditempat baru ini, penulis memiliki
sebuah obsesi dan target yang HARUS tercapai, yaitu mendirikan sebuah
perusahaan taksi argometer. Sengaja disebut taksi argometer, karena kalo di
Balikpapan dan Samarinda orang bilang taksi maksudnya adalah angkot (lihat aja
mahkotanya bertuliskan taksi). Nah kalo taksi yang biasa kita sebut, mereka
menamakannya taksi argo.Walaupun argo tidak dipakai, cuma pake argo mulut
katanya, alias tawar-tawaran. Kalo menurut perhitungan sopir harga yang sudah
disepakati tidak sesuai dengan keinginannya (walaupun sang sopir mau mengantar)
biasanya berdampak kepada fasilitasnya, misalnya tidak pakai AC dengan alasan
AC nya rusak (padahal pikir sang sopir tarif murah mau minta fasilitas).
Akhrinya setiap kendaraan dan perusahaan taksi di Balikpapan dan Samarinda
tidak memiliki istilahnya di transportasi adalah SPM (Standart Pelayanan
Minimum). Akhirnya ya itu tadi, meski satu perusahaan, tetap ada standart yang
diterapkan oleh perusahaan, tapi pada akhirnya operator (perusahaan taksi)
mengalah karena kemauan sang pemilik mobil. Misalnya mobil divariasi dengan
kaca film 80%, ban dan velg radian, knalpot racing bahkan pengemudipun
kadang-kadang cukup pakai kaos saja.